Syamil MDU. Ikwahfillah, Hari Pendidikan Nasional jatuh pada tanggal 2 Mei. Kali ini, MDU memberikan edisi spesial dalam memperingati hari pendidikan tersebut. Nah sebelumnya, bagaimana asal usul dari hari Pendidikan Nasional? Check it out,,
Tanggal 2 mei adalah tanggal dilahirkannya Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah aktivis kemerdekaan Indonesia.Beliaulah pelopor pendidikan bagi kaum pribumi pada zaman penjajahan Belanda. (Subhanallah sekali, bukan?). Nah, sekarang tanggal lahir beliau diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Dan edisi spesial kali ini adalah sebuah,, jreng.. Taraaa,, . and this is a special short story. Good reading..
Mimpi Seorang Anak Maling
“Anak maling”, bisik – bisik dan sindiran itu yang selalu kudengar setiap aku berjalan menyusuri lorong – lorong sekolahku. Mereka berbisik – bisik dan berkeyakinan penuh bahwa aku tidak mendengarnya. Ketika tepat di hadapanku mereka hanya tersenyum – senyum tanpa sadar mereka telah menyinggungku. Bagaimana aku harus menahan air mata ini agar tidak menetes, bagaimana menahan telinga ini agar tidak memerah.
Mereka tidak pernah tau dan tidak akan mau tau apa yang sebenarnya terjadi dengan ayahku. Aku yang lebih tau tentang dia, aku yang lebih mengenalnya. Ayahku tetap ayah nomor satu seluruh dunia, dia bukan maling dan aku bukan anak maling.
Sepulang sekolah, disudut desa nan jauh disana kukayuh sepeda menuju rumahku, rumah reot yang jika kita melangkah akan berbunyi “krek.. krok” dan ketika angin kencang datang akan menerbangkan atap sengnya yang paku – pakunya tlah pergi entah kemana, dan kemudian akan berdentum keras kembali ketempanya.
Kudapati ayahku telah menyiapkan makan siang untukku, dia memang ayah nomor satu seluruh dunia. Tak tau bagaimana perasaan hatinya saat ini, perasaan rindu dengan almarhum ibuku, perasaan kecewa karena telah kehilngan pekerjaanya, tapi dia tetap tersenyum menyambut kedatanganku.
Petugas kebersihan di kantor desa yang menjadi jabatan tertinggi dalam hidupnya telah lepas begitu saja karena fitnah orang- orang yag membencinya. Entahlah aku tidak habis pikir mengapa masih ada orang yang tidak menyukai orang miskin seperti kami. Tidak tau persis alur ceritanya yang pasti ayahku dituduh mencuri jam tangan baru kepala desa yang harganya tidak kurang dari satu juta.
Kusantap nasi dan sesendok garam sebagai lauknya. Hanya senyuman ayahku yang membuat semua ini menjadi terasa nikmat di lidahku. Hatiku begitu terkoyak melihat senyuman itu. Akan kubuktikan pada semua orang bahwa kita akan menjadi orang yang dihargai dihornati suatu hari nanti. Bukankah Tuhan Maha Baik dan akan mengubah nasib kita jika kita beruasaha. Aku yakin sekali akan itu.
Pukul lima pagi aku sudah bersiap menjajakn koranku kerumah rumah warga yang elit disana. Kullihat ayahku sedang menengadahkan tangannya, bekomunikasi dengan Tuhan dengan sangat khidmat. Aku tidak akan menggangunya kutinggalkan rumah, kukayuh sepedaku, kencang, sangat kencang. Rumah kerumah kudatangi hingga disatu rumah terlihat seorang kakek memperhatikan bunga – bunga yang dimilikinya. Kusapa kakek itu dan dia begitu ramah mengambil koran yang kuberikan. Berminggu – minggu semenjak itu aku selalu menemuinya, ternyata dia seorang rektor Universitas terkenal di kotaku tetapi dia sudah pensiun dan banyak menghabiskan waktuya untuk mengurus bunga – bunga yang dimilikinya.
Banyak hal kuceritakan kepada kakek itu , kata – katanya memang kata – kata seorang yang berilmu tinggi, banyak hal kupelajari dari kakek tua ini. Hingga suatu hari dia membawaku keperpustakaan yang ada dirumahnya. Aku tertarik dengan salah satu buku disana. Kupandangi judul buku itu “ Harvard University”. Lalu kutanya pada kakek, “Kakek, apakah tempat ini jauh”. Dia memandangku sambil meminum kopinya, ”Tidak, jika kamu mau belajar, jika kamu mau berusaha dan jika kamu mempunyai niat besar untuk pergi kesana”. Aku hanya mengangguk, dan kutanya lagi, “Apakah mungkin seorang anak petugas kebersihan sepertiku pergi kesana?”. Kakek menjawab lagi, “Mungkin” Diam sejenak kemudian dia melanjutkan. “Aku bisa membawamu kesana, jika kamu mau belajar, jika kamu mau berusaha dan ika kamu mempunyai niat besar untuk pergi kesana”
Semenjak saat itu dengan tekad yang kuat dengan doa dari ayahku, aku belajar dan aku akan pergi kesana. Setelah kelulusanku, kakek itu membantuku. Kudapatkan beasiswa Harvard University Amerika Serikat. Aku benar – benar pergi kesana. Seorang anak petigas kebersihan, seorang anak yang dikatakan anak maling akan belajar disana. Berkat senyuman ayahku, doa ayahku, ayah nomor satu seluruh dunia.
ï THE END ï
0 komentar:
Posting Komentar