Mari Menyepakati Sebuah Makna Cinta yang Sederhana
(Sebuah Resensi Sederhana dari Buku “Ajari Aku Cinta”)
Disampaikan oleh Ust Robiansyah dalam Acara Bedah Buku LDKm MD’U 2011
dan dimix ulang oleh Anwaril Hamidy
Cinta,begitu indah terasa…
Dunia pun s’lalu tertawa,
Mendengar kisah cinta manusia
Cinta, mutiara manusia
Fitrah dari Sang Esa,
Tumbuh berkembang daun-daun cinta
Yak…itu tadi adalah sebuah penggalan lirik nasyid dengan judul “Cinta” by Fatih (lagu dijual terpisah,hehe...just kidding). Hmm…kalo diliat dari isi yang terkandung dalam lirik tersebut,tentu teman-teman sekalian serta merta mengiyakan apa yang telah Fatih sampaikan mengenai cinta. Bahwa cinta adalah sebuah fitrah (bawaan dari lahir) seorang bani Adam dari Allah swt. So, yang merasa dirinya gak punya cinta (benci mulu) maka waspadalah, jangan – jangan anda sekarang bukan manusia lagi,hehe…
Dan, lucunya (sampai-sampai dunia pun ikut ketawa), manusia senantiasa salah dalam menempatkan dan mengelola rasa cintanya itu. Hal inilah yang membuat manusia bukannya bahagia dengan cinta, tapi malah sengsara gara-gara cinta (yak…ini kayak lagu dangdut). Wa bil khusus teruntuk kalangan remaja yang darah sedang bergejolak, berapi-api (yah,dangdut lagi…). Maka gak heran kalo sekarang makin marak pemerkosaan, kumpul kebo, trus muncul yang namanya HTS (Hubungan Tanpa Status), TTM (Teman Tapi Mesra), dan TTS (Teka Teki Silang) (ok, yang ini salah…). Gak sedikit saudara-saudara kita yang belingsatan gak jelas juntrungannya gara-gara ‘cinta’. Gimana dengan kita??? Apakah kita udah mengalaminya??? Atau sedang mengalaminya??? Trus gimana sikap kita terhadap yang namanya cinta??? 1+1 sama dengan berapa???Presiden RI ke-2 sapa namanya???dst….
Untuk menjawab itu semua (kecuali dua pertanyaan terakhir tentunya…), ada sebuah buku yang dikarang oleh Dr. Khalid Jamal dengan judul “Al Habbu fil Jami’ati yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Budiman Mustofa, Lc dan diberi judul “Ajari Aku Cinta” (jeng…jeng…jeng…). Buku spesial mengupas liku-liku cinta antar lawan jenis sehingga sangat relevan banget buat kita-kita pade. Nah, kesempatan kali ini kita akan belajar sedikit tentang cinta dari buku ini. Udah siap???Tancap…!!!
Mari bersama-sama kita definisikan dulu konsep cinta itu, tentunya berdasarkan dalil-dalil yang ada. Karena Allah-lah yang menciptakan kita dan hati kita. Maka Allah-lah yang lebih tau mengenai konsep cinta itu. Bukannya Mama Loreng, Om Dedy, Pangeran Cinta atau apalah semacamnya…Konsep cinta dalam Al Qur’an erat kaitannya dengan konsep keimanan kita. Sebagaimana dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 165 Allah SWT berfirman:” Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” Maka inilah bentuk cinta kita, yakni bentuk loyalitas kita kepada Allah SWT. So, it’s not all about feelin’ of human being, it’s about loyality. Trus, kalo konsep cinta dikaitkan dengan perasaan kita, Allah SWT pun udah menerangkannya dalam surah Ar Ra’du ayat 28:” (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Udah jelas, kalo dengan kita senantiasa mengingat (berdzikir) kepada Allah, hati kita bakal tambah tenang. Kalo nginget ‘someone’, malah hati kita jadi gak tenang. Cuman kondisinya, sekarang kita tuh sukanya menzhalimi diri sendiri. Bukannya ngingat Allah, malah sibuk mikirin si ‘dia’ yang belom tentu mikirin kita,ckckck…Lebih lanjut, konsep cinta pun mesti berakhir dalam bingkai nikah. Bukannya berakhir kayak sinetron picisan yang ada di tipi-tipi. Sebentar nyambung, sebentar putus. Coz marry is not all about love, but also responsibility. Yak, tanggungjawab…bukan cuman bisa nikah doang dengan modal cinta, tapi mesti tanggungjawab biar gak sering nikah cere’ (baca:cerai). Hal ini pun udah sejalan dengan firman Allah dalam surah At Tahrim ayat 6:”Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka….”.
Next, kita akan ngebahas tentang tangga – tangga rasa cinta. Yak, gak cuma rumah atau perkantoran aja, cinta pun punya tangga-tangga tersendiri yang makin tinggi makin berbahaya (wuidihh…). Tangga pertama cinta diduduki oleh yang namanya istihsan, yang artinya selalu menganggap baik apapun yang ‘ia’ lakukan. Baik dari segi perilakunya,kata-katanya,fisiknya, pokoknya semua lah. Intinya all the best of him. Nah, inilah yang biasa kita alami waktu eS De dulu. Liat yang baik dikit aja dengan kita, bawaannya merah jambu aja,ckckck…Tangga berikutnya adalah terpesona,trus tersanjung (hehe…gak ding). Dan tangga paling tinggi adalah mabuk cinta. Nah loh…habis dikasih minum apaan sampai-sampai jadi mabuk nih cinta??? Kalo udah gini, semua serba ‘dia’ deh. Makan, ingat dia. Tidur, ingat dia. Yang lebih parah (na’udzubillah…) kalo shalat, ingat dia. Nah, kalo udah gini gimana dong???
Tentunya pasti ada tindakan yang bersifat kuratif (nyembuhin) terhadap mabuk cinta. Diantaranya dengan cara diisolasi dari lingkungan yang gak kondusif tadi, trus diterapi biar dia bisa neglupain sukaannya, ajak dia berhijrah, atau langsung nikahin aja (kalo udah mampu,hehe…). Tapi, kata orang bijak, mencegah lebih baik daripada mengobati. Nah, berikut pencegahan dari cinta-cinta yang buta: gadhul bashar (jaga pandangan) dan cari kesibukan lain yang bermanfaat yang bisa ngelupain rasa cintanya.
Yak, itu tadi pembahasan kita tentang C.I.N.T.A….CINTA….Semoga bermanfaat. Semoga kita bisa menjadi insan-insan yang selalu menempatkan rasa cinta kita spesial teruntuk Allah swt. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar