Kota SAMARINDA seakan membara. Teriknya matahari seakan membakar kota tepian ini. Hembusan angin disertai debu jalanan yang bergulung-gulung menambah panas tengah hari itu. Di sudut kampus seorang gadis di salah satu Fakultas di Universitas Mulawarman sedang menuju mobilnya yang terpakir di halaman depan kampus.
Gadis ini bernama Luthfiana Syifa. Seorang gadis yang memiliki paras cantik. Wajahnya putih mempesona,innerbeuty terpancar jelas ketika ia tersenyum. Walaupun terkena sinar matahari,wajahnya tetap menebarkan keindahan.
Langkahnya semakin dekat dengan tempat parkir. Semilir angin bertiup dari timur menggoyangkan ujung jilbab pinknya. Jilbab model terkini dengan hiasan pada setiap sisinya,busana muslim berwarna pink juga rok yang ia kenakan menambah cantik penampilannya. Walaupun jilbab yang dipakai belum menutup dada. Tiba-tiba dari arah belakang, sayup‐sayup telinganya menangkap suara.
“Syifa,tunggu!”
“Kenapa Lya??” Tanya Syifa sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.
“Hari ini ada kajian khusus muslimah di Mushola,kamu mau datang?” Pinta Lya dengan semangat.
“Maaf Lya,aku belum bisa datang! Hari ini aku mau ke Hotel ada meeting penting”
Luthfiana Syifa seorang pewaris tunggal kekayaan orang tuanya. Ayahnya adalah pemilik salah satu hotel ternama di Samarinda. Dua bulan setelah peninggalan ayahnya,dia harus sibuk menggantikan kedudukan ayahnya di hotel. Mengurus hotel dan segala administrasinya. Sedangkan ibunya adalah seorang dosen,yang juga sibuk dengan urusan mengajarnya. Oleh karena itu,Syifa yang harus banting tulang mengurus hotel. Dia tidak pernah sempat mengikuti kajian-kajian atau ta’lim di kampus. Sebenarnya gadis ini lembut hatinya,ia mudah sekali menerima kebenaran.
Segera setelah pembicarannya dengan Lya. Dia langsung melaju bersama mobilnya menuju hotel. Masih di seputar jalan kampus. Tiba-tiba mobilnya berhenti. Ban mobil Syifa kempes. Dia ingat di bagasi mobil ada ban serep,tapi tidak mengerti bagaimana cara memasangkannya. Dengan hati cemas Syifa turun dari mobil. Kepalanya menoleh kiri dan kanan,matanya sibuk mencari orang yang dapat membantunya. Suasana jalan kampus saat itu sangat sepi. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat sosok pemuda mengendarai sepeda. Perlahan sepeda itu berhenti.
“Assalamu’alaikum…ada apa ukhti?”
Dengan wajah sedikit kaget,karena sebulumnya ia tidak pernah dipanggil dengan sebutan ukhti. Gadis berparas cantik ini menceritakan masalah mobilnya kepada pemuda tersebut. Pemuda sangat sederhana,kulitnya kuning langsat, postur tubuhnya sedang,dan wajahnya tampan,serta ada sedikit ramput pada dagunya. Sifat penolong kepada sesamalah yang membuat pemuda itu menolong Syifa.
Akhirnya selesai juga pemuda itu memasang ban serep.
“Terima kasih ya mas!” Ucap gadis itu dengan hati penuh syukur.
Pemuda itu kemudian bangkit dan mengangkat mukanya. Tatkala dua mata bening syifa menatap wajah pemuda tersebut. Saat itu juga mata pemuda yang penuh kedermawanan ini menatap wajah putih bersih mempesona. Hatinya bergetar.Seluruh anggota badannya terasa dingin Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis cantik dari jarak yang sangat dekat.Dia seperti melihat Bidadari. Beberapa detik lamanya dua mata itu beradu pandang. Sang pemuda terpesona oleh kacantikan gadis tersebut. Sementara gelegar hati syifa tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum. Pemuda tadi sadar,cepat-cepat ia menundukkan kepala.
“Astagfirullah” gumannya dalam hati
Dengan sigap pemuda tadi lansung mengendari sepedanya dan melanjutkan perjalanan. Belum sempat syifa bertanya siapa namanya,pemuda itu langsung hilang dari pandangan matanya. Syifa terdiam lamanya. Hatinya kecewa. Di dalam mobil ia terus memikirkan tentang pemuda tampan tadi. Hatinya terus bertanya; siapa pemuda itu? Dia kuliah di Fakultas apa?Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang terus menggantung dalam dinding hatinya.
Setelah kejadian itu hati Syifa terasa gundah. Ia tidak pernah berhenti memikirkan wajah tampan pemuda itu.
***
Sementara itu pemuda bernama Ilham Pradana terus larut dalam aktivitas dakwah dan kuliahnya. Pernah terbesit wajah jelita gadis yang pernah ia tolong tempo hari. Tapi ia cepat mengusik bayangan indah gadis itu. Sebagai aktivis dakwah kampus,banyak kegiatan yang harus ia perjuangkan guna amanah dakwah.
Suatu ketika ia diundang dalam tablig akbar bertema “menjadi muslim dirindu surga,siapa takut!.” Sebagai seorang moderator. Pengalamanya sebagai aktivis dakwah dan kecakapannya dalam berbicara membawanya pada amanah menjadi moderator di acara tablig akbar yang akan digelar dua hari mendatang.
***
Dua hari kemudian. Di sudut kelas tampak gadis berparas cantik,Syifa,sedang di kelilingi dua laki-laki yang lagi PDKT padanya . Tuhan telah menciptakan wajah yang begitu sempurna,membuatnya selalu menjadi pusat perhatian. Tetapi Syifa tak pernah menghiraukan perhatian teman laki-lakinya itu. Dalam pikirannya hanya ada satu laki-laki yaitu pemuda yang telah menolongnya saat itu.
Tampak seorang akhwat dengan jilbab besarnya menghampiri Syifa.
“Syifa hari ini ada tablig akbar temanya “Menjadi Muslim Dirindu Surga,Siapa Takut”,mau datang kan??” dengan wajah memelas Lya menyampaikan undangan itu. Syifa terdiam lamanya. Lya terus berdo’a dalam hatinya berharap Allah akan menberikan hidayah pada temannya satu ini.
“Boleh deh! Hari ini aku juga gak ada agenda koq”
“Alhamdulillah,jam 13.00 ya,di aula kampus kita!” Kata Lya dengan penuh kegembiraan.
***
“Kita panggil moderator,Ilham Perdana dan narasumber Ustadz Ibrahim”. Seru pembawa acara tablig akbar sambil mempersilahkan narasumber dan moderator duduk di atas podium.
Plok..plok..plok suara tepuk tangan seketika bergemuruh di ruang aula. Syifa dan temannya Lya duduk di barisan pertama.Tak ayal pandangan syifa tertuju pada podium. Seketika hatinya gergetar hebat. Pemuda yang selama ini ia pikirkan,ia harap kehadirannya. Sekarang ada di depan matanya. Seketika hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hatinya bertanya.
“Inikah namanya cinta? Apa aku lagi jatuh cinta?” pertanyaan itu terus mnghantui pikirannya. Tatkala pembawa acara membacakan curiculum vitae moderator,gadis yang hatinya penuh dengan cinta ini dengan cepat mengambil catatan kecil. Ia menulis nama dan nomor Hp pemuda itu.
Lya yang berada disampingnya dibuat bingung dan kaget. Ia tidak pernah melihat Syifa dengan penuh obsesi mencatat data seorang laki-laki. Biasanya laki-lakilah yang ingin mengenalnya ataupun mendekatinya. Ia tidak berani menegur temannya itu. Ia hanya bisa tersenyum bingung.
Lalu acara tablig akbar dimulai,dengan dipandu moderator Ilham Perdana. Saat narasumber memaparkan materi. Suasana ruangan menjadi hening. Semua mata dan telinga sibuk memperhatikan penjelasan ustadz Ibrahim. Lain dengan Syifa perhatiannya pada acara hanya 35 % sisinya 65 %, ia gunakan untuk memperhatikan Ilham Perdana. Dari wajahnya,tutur katanya,bahkan sampai senyumanya. Baru kali ini ia merasakan cinta yang begitu hebat, Hatinya bagai badai di lautan,yang siap menghempas setiap kapal yang belayar di samudera asmara.
Acara tablig akbar pun selesai. Semua yang hadir segera meninggalkan ruangan. Mata Syifa terus mencari Ilham Perdana. Ingin sekali ia memperkenalkan diri dengan pemuda dambaannya. Tapi karena gengsi,keinginan itu ia urungkan.
***
Sejak pertemuannya dengan Ilham di tablig akbar ia tidak bisa menahan gelora di hatinya. Bayanganan Ilham masih jelas di pelupuk matanya. Aura kesederhanaan,kewibawaan Ilham terus mengakar pada relung-relung hatinya. Bayangan itu selalu muncul dalam shalat,dan apapun yang ia kerjakan. Pikirannya terus membayangkan menjadi pendamping Ilham,menjadi kekasihnya, dan keinginan menjadi istri yang shaleha. Tak lama ia ingat bahwa telah menyimpan nomor Hp Ilham. Seketika ia mengambil Hpnya dan mengirimkan pesan singkat kepada pemuda yang telah mencuri hatinya.
“Assalamu’alaikum,Ilham Perdana telah lama aku menunggu bisa berkenalan dengan mu. Sejak kau menolongku saat ban mobil ku kempes,dan setelah bertemu di tablig akbar. Aku telah menyimpan kekaguman yang begitu besar kepadamu,orang yang telah mencuri hatiku.Aku tidak bisa menepis bahwa kau adalah laki-laki yang tampan,sholeh,baik dan sederhana. Itulah yang menyebabkan kerinduan ini semakin tak tertahan. Embun-embun cinta itu semakin deras mengalir di syaraf dan otakku. Jika aku boleh mencintaimu,maka izinkan aku mengenalmu?. Wassalam (Luthfiana Syifa) ”
***
Pesan singkat dari Syifa itu langsung di terima Ilham pada telepon genggamnya. Setelah membaca isinya. Hati Ilham bergetar sangat hebat. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Terbayangan bagaimana pertemuannya dengan Syifa. Serta Pembicaraan semua laki-laki tentangnya. Seorang wanita yang menjadi idaman hampir semua laki-laki di kampus. Seorang wanita yang memiliki kecantikan begitu sempurna,kaya dan cerdas. Tak dipungkiri,jauh sebelum pertemuan itu Ilham telah menyimpan hasrat kepada wanita ciptaan tuhan satu ini.
Ingin sekali ia menyampaikan keingininan hatinya pada Syifa,tetapi ia takut perasaan ini akan membuatnya jauh dari cinta pada sang Pemilik Cinta. Dia takut terhanyut dalam samudera cinta yang semu. Ia juga belum siap menapakki jejak pernikahan Dengan mata berkaca-kaca Ilham menuliskan pesan singkat di Hpnya.
“Assalamu’alaikum.. Wanita yang dirindu surga. Bila engkau melihat keindahan dan kesempurnaan di dalam ini,hal itu bukan apa-apa melainkan pertanda dariNya. Makhluk yang indah hanyalah sekumpulan bunga dari taman Tuhan membentang luas. Jika engkau memiliki mata untuk melihat kesempurnaan ,maka engkau juga harus memiliki ketajaman untuk melihat apa yang engkau lihat adalah semata-mata bayangan cerminan paras wajahNya. Rupaku juga gambaran keindahan Tuhan . Tetapi engkau harus tahu bahwa sebuah lukisan akan pudar,bunga akan mati dan bayangan cermin akan pudar oleh Cahaya yang sebenarnya. Adalah Dia yang Nyata dan akan tetap demikian selamanya. Dalam hal ini,mengapa engkau membuang waktumu atas sesuatu yang ada disini hari ini namun besok akan sirna? Pergilah langsung menemui Sang Sumber ,jangan ditunda*.” *dikutip dari buku maha cinta
Setelah membaca pesan dari Ilham. Jiwa wanita yang sedang dalam gengamnya cinta ini,terasa teriris,tersayat oleh kata-kata yang tak pernah ia dapat dari laki-laki lain sebelumnya. Bukan karena kecewa ataupun marah,melainkan Syifa telah menemukan kebenaran cinta yang sangat berharga. Kemudia ia membalas sms untuk Ilham.
” Setelah memberiku rahasia,sekarang aku dapat melihat cahaya. Engkau telah menyibakkan selubung mataku yang buta. Sekarang karena aku telah dapat melihat Sang Kekasih,aku tidak dapat lagi mencintai yang lainnya kecuali Dia,dan aku tidak akan berhenti hingga aku menyatu denganNya. Andai setiap helai rambutku dapat memujimu dan berterima kasih karena telah menyadarkanku,itu hanya sebagian kecil dari utang rasa syukurku padamu*.” *Dikutip dari buku Maha Cinta
Sejak saat itu kehidupan Luthfiana Syifa berubah 180 derajat. Ia meninggalkan gaya hidup yang glamour. Ia menanggalkan pakaian kesombongan dengan pakaian kezuhudan. Membelakangi kepemilikan duniawi,mengabdikan hidupnya untuk Kekasih Agung.Setelah bisik cinta itu. Seakan ia menjadi bidadari dunia dengan sejuta cinta untuk Sang Pemilik cinta yang tak pernah kering walaupun air samudera mengering.
Harta peninggalan ayahnya ia pakai untuk kemaslahatan umat dan anak yatim piatu. Pakaian yang ia kenakan bukan lagi pakaian yang serba Fashion dan mahal,tetapi dengan pakaian yang tidak mengundang Syahwat,melindungi dirinya dari godaan laki-laki hidung belang. Yaitu pakaian ketaqwaan yang menutup aurat dan sesuai syariat islam.
Gadis ini bernama Luthfiana Syifa. Seorang gadis yang memiliki paras cantik. Wajahnya putih mempesona,innerbeuty terpancar jelas ketika ia tersenyum. Walaupun terkena sinar matahari,wajahnya tetap menebarkan keindahan.
Langkahnya semakin dekat dengan tempat parkir. Semilir angin bertiup dari timur menggoyangkan ujung jilbab pinknya. Jilbab model terkini dengan hiasan pada setiap sisinya,busana muslim berwarna pink juga rok yang ia kenakan menambah cantik penampilannya. Walaupun jilbab yang dipakai belum menutup dada. Tiba-tiba dari arah belakang, sayup‐sayup telinganya menangkap suara.
“Syifa,tunggu!”
“Kenapa Lya??” Tanya Syifa sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.
“Hari ini ada kajian khusus muslimah di Mushola,kamu mau datang?” Pinta Lya dengan semangat.
“Maaf Lya,aku belum bisa datang! Hari ini aku mau ke Hotel ada meeting penting”
Luthfiana Syifa seorang pewaris tunggal kekayaan orang tuanya. Ayahnya adalah pemilik salah satu hotel ternama di Samarinda. Dua bulan setelah peninggalan ayahnya,dia harus sibuk menggantikan kedudukan ayahnya di hotel. Mengurus hotel dan segala administrasinya. Sedangkan ibunya adalah seorang dosen,yang juga sibuk dengan urusan mengajarnya. Oleh karena itu,Syifa yang harus banting tulang mengurus hotel. Dia tidak pernah sempat mengikuti kajian-kajian atau ta’lim di kampus. Sebenarnya gadis ini lembut hatinya,ia mudah sekali menerima kebenaran.
Segera setelah pembicarannya dengan Lya. Dia langsung melaju bersama mobilnya menuju hotel. Masih di seputar jalan kampus. Tiba-tiba mobilnya berhenti. Ban mobil Syifa kempes. Dia ingat di bagasi mobil ada ban serep,tapi tidak mengerti bagaimana cara memasangkannya. Dengan hati cemas Syifa turun dari mobil. Kepalanya menoleh kiri dan kanan,matanya sibuk mencari orang yang dapat membantunya. Suasana jalan kampus saat itu sangat sepi. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat sosok pemuda mengendarai sepeda. Perlahan sepeda itu berhenti.
“Assalamu’alaikum…ada apa ukhti?”
Dengan wajah sedikit kaget,karena sebulumnya ia tidak pernah dipanggil dengan sebutan ukhti. Gadis berparas cantik ini menceritakan masalah mobilnya kepada pemuda tersebut. Pemuda sangat sederhana,kulitnya kuning langsat, postur tubuhnya sedang,dan wajahnya tampan,serta ada sedikit ramput pada dagunya. Sifat penolong kepada sesamalah yang membuat pemuda itu menolong Syifa.
Akhirnya selesai juga pemuda itu memasang ban serep.
“Terima kasih ya mas!” Ucap gadis itu dengan hati penuh syukur.
Pemuda itu kemudian bangkit dan mengangkat mukanya. Tatkala dua mata bening syifa menatap wajah pemuda tersebut. Saat itu juga mata pemuda yang penuh kedermawanan ini menatap wajah putih bersih mempesona. Hatinya bergetar.Seluruh anggota badannya terasa dingin Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis cantik dari jarak yang sangat dekat.Dia seperti melihat Bidadari. Beberapa detik lamanya dua mata itu beradu pandang. Sang pemuda terpesona oleh kacantikan gadis tersebut. Sementara gelegar hati syifa tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum. Pemuda tadi sadar,cepat-cepat ia menundukkan kepala.
“Astagfirullah” gumannya dalam hati
Dengan sigap pemuda tadi lansung mengendari sepedanya dan melanjutkan perjalanan. Belum sempat syifa bertanya siapa namanya,pemuda itu langsung hilang dari pandangan matanya. Syifa terdiam lamanya. Hatinya kecewa. Di dalam mobil ia terus memikirkan tentang pemuda tampan tadi. Hatinya terus bertanya; siapa pemuda itu? Dia kuliah di Fakultas apa?Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang terus menggantung dalam dinding hatinya.
Setelah kejadian itu hati Syifa terasa gundah. Ia tidak pernah berhenti memikirkan wajah tampan pemuda itu.
***
Sementara itu pemuda bernama Ilham Pradana terus larut dalam aktivitas dakwah dan kuliahnya. Pernah terbesit wajah jelita gadis yang pernah ia tolong tempo hari. Tapi ia cepat mengusik bayangan indah gadis itu. Sebagai aktivis dakwah kampus,banyak kegiatan yang harus ia perjuangkan guna amanah dakwah.
Suatu ketika ia diundang dalam tablig akbar bertema “menjadi muslim dirindu surga,siapa takut!.” Sebagai seorang moderator. Pengalamanya sebagai aktivis dakwah dan kecakapannya dalam berbicara membawanya pada amanah menjadi moderator di acara tablig akbar yang akan digelar dua hari mendatang.
***
Dua hari kemudian. Di sudut kelas tampak gadis berparas cantik,Syifa,sedang di kelilingi dua laki-laki yang lagi PDKT padanya . Tuhan telah menciptakan wajah yang begitu sempurna,membuatnya selalu menjadi pusat perhatian. Tetapi Syifa tak pernah menghiraukan perhatian teman laki-lakinya itu. Dalam pikirannya hanya ada satu laki-laki yaitu pemuda yang telah menolongnya saat itu.
Tampak seorang akhwat dengan jilbab besarnya menghampiri Syifa.
“Syifa hari ini ada tablig akbar temanya “Menjadi Muslim Dirindu Surga,Siapa Takut”,mau datang kan??” dengan wajah memelas Lya menyampaikan undangan itu. Syifa terdiam lamanya. Lya terus berdo’a dalam hatinya berharap Allah akan menberikan hidayah pada temannya satu ini.
“Boleh deh! Hari ini aku juga gak ada agenda koq”
“Alhamdulillah,jam 13.00 ya,di aula kampus kita!” Kata Lya dengan penuh kegembiraan.
***
“Kita panggil moderator,Ilham Perdana dan narasumber Ustadz Ibrahim”. Seru pembawa acara tablig akbar sambil mempersilahkan narasumber dan moderator duduk di atas podium.
Plok..plok..plok suara tepuk tangan seketika bergemuruh di ruang aula. Syifa dan temannya Lya duduk di barisan pertama.Tak ayal pandangan syifa tertuju pada podium. Seketika hatinya gergetar hebat. Pemuda yang selama ini ia pikirkan,ia harap kehadirannya. Sekarang ada di depan matanya. Seketika hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hatinya bertanya.
“Inikah namanya cinta? Apa aku lagi jatuh cinta?” pertanyaan itu terus mnghantui pikirannya. Tatkala pembawa acara membacakan curiculum vitae moderator,gadis yang hatinya penuh dengan cinta ini dengan cepat mengambil catatan kecil. Ia menulis nama dan nomor Hp pemuda itu.
Lya yang berada disampingnya dibuat bingung dan kaget. Ia tidak pernah melihat Syifa dengan penuh obsesi mencatat data seorang laki-laki. Biasanya laki-lakilah yang ingin mengenalnya ataupun mendekatinya. Ia tidak berani menegur temannya itu. Ia hanya bisa tersenyum bingung.
Lalu acara tablig akbar dimulai,dengan dipandu moderator Ilham Perdana. Saat narasumber memaparkan materi. Suasana ruangan menjadi hening. Semua mata dan telinga sibuk memperhatikan penjelasan ustadz Ibrahim. Lain dengan Syifa perhatiannya pada acara hanya 35 % sisinya 65 %, ia gunakan untuk memperhatikan Ilham Perdana. Dari wajahnya,tutur katanya,bahkan sampai senyumanya. Baru kali ini ia merasakan cinta yang begitu hebat, Hatinya bagai badai di lautan,yang siap menghempas setiap kapal yang belayar di samudera asmara.
Acara tablig akbar pun selesai. Semua yang hadir segera meninggalkan ruangan. Mata Syifa terus mencari Ilham Perdana. Ingin sekali ia memperkenalkan diri dengan pemuda dambaannya. Tapi karena gengsi,keinginan itu ia urungkan.
***
Sejak pertemuannya dengan Ilham di tablig akbar ia tidak bisa menahan gelora di hatinya. Bayanganan Ilham masih jelas di pelupuk matanya. Aura kesederhanaan,kewibawaan Ilham terus mengakar pada relung-relung hatinya. Bayangan itu selalu muncul dalam shalat,dan apapun yang ia kerjakan. Pikirannya terus membayangkan menjadi pendamping Ilham,menjadi kekasihnya, dan keinginan menjadi istri yang shaleha. Tak lama ia ingat bahwa telah menyimpan nomor Hp Ilham. Seketika ia mengambil Hpnya dan mengirimkan pesan singkat kepada pemuda yang telah mencuri hatinya.
“Assalamu’alaikum,Ilham Perdana telah lama aku menunggu bisa berkenalan dengan mu. Sejak kau menolongku saat ban mobil ku kempes,dan setelah bertemu di tablig akbar. Aku telah menyimpan kekaguman yang begitu besar kepadamu,orang yang telah mencuri hatiku.Aku tidak bisa menepis bahwa kau adalah laki-laki yang tampan,sholeh,baik dan sederhana. Itulah yang menyebabkan kerinduan ini semakin tak tertahan. Embun-embun cinta itu semakin deras mengalir di syaraf dan otakku. Jika aku boleh mencintaimu,maka izinkan aku mengenalmu?. Wassalam (Luthfiana Syifa) ”
***
Pesan singkat dari Syifa itu langsung di terima Ilham pada telepon genggamnya. Setelah membaca isinya. Hati Ilham bergetar sangat hebat. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Terbayangan bagaimana pertemuannya dengan Syifa. Serta Pembicaraan semua laki-laki tentangnya. Seorang wanita yang menjadi idaman hampir semua laki-laki di kampus. Seorang wanita yang memiliki kecantikan begitu sempurna,kaya dan cerdas. Tak dipungkiri,jauh sebelum pertemuan itu Ilham telah menyimpan hasrat kepada wanita ciptaan tuhan satu ini.
Ingin sekali ia menyampaikan keingininan hatinya pada Syifa,tetapi ia takut perasaan ini akan membuatnya jauh dari cinta pada sang Pemilik Cinta. Dia takut terhanyut dalam samudera cinta yang semu. Ia juga belum siap menapakki jejak pernikahan Dengan mata berkaca-kaca Ilham menuliskan pesan singkat di Hpnya.
“Assalamu’alaikum.. Wanita yang dirindu surga. Bila engkau melihat keindahan dan kesempurnaan di dalam ini,hal itu bukan apa-apa melainkan pertanda dariNya. Makhluk yang indah hanyalah sekumpulan bunga dari taman Tuhan membentang luas. Jika engkau memiliki mata untuk melihat kesempurnaan ,maka engkau juga harus memiliki ketajaman untuk melihat apa yang engkau lihat adalah semata-mata bayangan cerminan paras wajahNya. Rupaku juga gambaran keindahan Tuhan . Tetapi engkau harus tahu bahwa sebuah lukisan akan pudar,bunga akan mati dan bayangan cermin akan pudar oleh Cahaya yang sebenarnya. Adalah Dia yang Nyata dan akan tetap demikian selamanya. Dalam hal ini,mengapa engkau membuang waktumu atas sesuatu yang ada disini hari ini namun besok akan sirna? Pergilah langsung menemui Sang Sumber ,jangan ditunda*.” *dikutip dari buku maha cinta
Setelah membaca pesan dari Ilham. Jiwa wanita yang sedang dalam gengamnya cinta ini,terasa teriris,tersayat oleh kata-kata yang tak pernah ia dapat dari laki-laki lain sebelumnya. Bukan karena kecewa ataupun marah,melainkan Syifa telah menemukan kebenaran cinta yang sangat berharga. Kemudia ia membalas sms untuk Ilham.
” Setelah memberiku rahasia,sekarang aku dapat melihat cahaya. Engkau telah menyibakkan selubung mataku yang buta. Sekarang karena aku telah dapat melihat Sang Kekasih,aku tidak dapat lagi mencintai yang lainnya kecuali Dia,dan aku tidak akan berhenti hingga aku menyatu denganNya. Andai setiap helai rambutku dapat memujimu dan berterima kasih karena telah menyadarkanku,itu hanya sebagian kecil dari utang rasa syukurku padamu*.” *Dikutip dari buku Maha Cinta
Sejak saat itu kehidupan Luthfiana Syifa berubah 180 derajat. Ia meninggalkan gaya hidup yang glamour. Ia menanggalkan pakaian kesombongan dengan pakaian kezuhudan. Membelakangi kepemilikan duniawi,mengabdikan hidupnya untuk Kekasih Agung.Setelah bisik cinta itu. Seakan ia menjadi bidadari dunia dengan sejuta cinta untuk Sang Pemilik cinta yang tak pernah kering walaupun air samudera mengering.
Harta peninggalan ayahnya ia pakai untuk kemaslahatan umat dan anak yatim piatu. Pakaian yang ia kenakan bukan lagi pakaian yang serba Fashion dan mahal,tetapi dengan pakaian yang tidak mengundang Syahwat,melindungi dirinya dari godaan laki-laki hidung belang. Yaitu pakaian ketaqwaan yang menutup aurat dan sesuai syariat islam.
0 komentar:
Posting Komentar